Minggu, 27 Juni 2010

Monas - taman hiburan rakyat

Bagi warga jakarta, Monas adalah bagian yang tidak terpisahkan. Ia merupakan ikon dari kota ini. Bahkan, gambar Monas selalu berada dekat dengan warga ibukota yang telah berusia 18 tahun ke atas. Kemanapun mereka pergi, dimanapun mereka berada :).

Kali pertama mengunjungi Monas, saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Kenangan itu masih melekat di ingatan. Memandang tugu yang menjulang tinggi bertahtakan 'api' berwarna keemasan. Masih terbayang saat memasuki ruangan di bawah tugu, melihat diorama tentang sejarah negeri. Ruangan yang sejuk dengan pendingin ruang. Rapih dan bersih.

Setelah 30 tahun berlalu, saya kembali mengunjungi Monas. Namun, kali ini pengalaman yang saya lalui agak berbeda.

Kali ini, kesan yang didapat saat memasuki ruangan di bawah tugu tidak lagi sama. Ruangan ini penuh sesak dengan pengunjung. Sebagian dari mereka asyik melihat diorama yang berjajar rapi di setiap sisi ruangan. Tapi, tidak sedikit pengunjung yang duduk-duduk di lantai. Mengaso dan mendinginkan badan setelah diterpa teriknya matahari dan panasnya udara kota Jakarta. Sebagian orang menyantap makanan yang dibawa, layaknya berpiknik. Bahkan ada sekelompok anak kecil yang bermain bola di dalam ruangan. Ntah saya yang salah atau bagaimana, tapi rasanya ada yang janggal dengan pemandangan ini. Kenyamanan rasanya terusik. Ruangan terasa sumpek.

Belum berhenti di situ. Pengalaman bertamasya ke Monas, juga dilengkapi oleh pengalaman lucu lainnya. Hmm..ntah lebih tepat disebut lucu atau menjijikkan. Saat berjalan di seputar tugu, anak laki-laki saya, dengan semangat bereksplorasinya, menjelajahi taman yang berada di sekeliling tugu. Hingga di salah satu sudut taman, dibalik tanaman teh-tehan yang dipangkas rapi, ia terlihat bingung. Rupanya ia menginjak kotoran. Dan rasanya, binatang tidak akan bersusah payah mencari tempat tersembunyi untuk sekedar membuang air besar.

Tanpa bermaksud untuk memprotes kenyamanan bertamasya ala warga Jakarta, tapi rasanya wisata ke Monas kali ini tidak lagi sesuai dengan gambaran masa kecil-ku.
Sigh...


Tidak ada komentar: