Sabtu, 19 Juni 2010

Di Museum Wayang, Aku Terpana

Usai mengunjungi Museum Sejarah Jakarta, kami memutuskan untuk mampir di museum lainnya di daerah Kota. Museum Wayang.

Berbeda dengan pengalaman di Museum Sejarah Jakarta, saat menginjakkan kaki di dalam gedung museum ini saya terpana. Setelah melalui pengalaman yang kurang mengenakkan di Museum Sejarah Jakarta, memasuki Museum Wayang seperti berpindah dari losmen tak terurus ke hotel berbintang lima. Bagaikan langit dan bumi.

Museum Wayang tertata sungguh apik. Memasuki gedung museum, pengunjung dihadapkan pada pemandangan yang sungguh menarik di mata. Lorong panjang dengan pendaran cahaya kuning menyoroti deretan wayang di kedua sisi lorong. Wayang golek ditempatkan sedemikian rupa sehingga menggambarkan penggalan cerita Ramayana.

Interior ruangan pun turut menunjang keindahan. Kombinasi antara kontemporer dan etnik, terlihat dari lemari display bergaya minimalis dengan lampu-lampu gantung berdesain kontemporer, dipadu dengan lantai batu yang kental bernuansa alam.

Melangkah lebih jauh ke dalam gedung, terdapat selasar penghubung antara ruang depan dan ruang belakang yang, lagi-lagi, tertata apik. Di sisi kanan selasar terdapat taman hijau berdinding bata. Bangku kayu panjang diletakkan di lorong. Konon, di taman ini, terdapat sisa peninggalan bangunan gedung gereja Belanda. Di sini juga terletak makam dari Jan Pieterzoon Coen, sang Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang mendirikan kota Batavia.

Museum ini menyimpan sekitar 5.000 benda koleksi. Wayang golek Jawa Barat, wayang kulit Jawa Tengah dan Bali, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, merupakan sebagian dari koleksi yang dipamerkan. Museum ini juga menyimpan koleksi berbagai boneka dan topeng. Ada boneka Betawi, replika boneka Si Gale-Gale dari Sumatera Utara, hingga boneka si Unyil dkk. Koleksi wayang dan boneka juga diperkaya dengan wayang dari India, Kamboja, Malaysia, Vietnam, serta koleksi boneka dari Amerika, Rusia, Polandia, Cina dan lain sebagainya.

Berbagai benda koleksi tersebut ditaruh dalam lemari kaca yang diberi lampu sorot yang terang. Kesemua koleksi ini menjadi semakin menarik karena tertata dengan rapih, dan didukung oleh ruangan yang bersih dan apik. Meski ruangan tidak menggunakan pendingin ruangan, tapi ruangan yang apik seperti menghilangkan rasa dari udara yang panas.


Tapi, ada satu kekurangan dari museum ini. Tidak semua keterangan display dilengkapi dengan bahasa inggris. Padahal selama kunjungan satu jam di museum ini, beberapa kali saya berpapasan dengan turis asing. Ah sayang sekali rasanya. Segalanya sudah terlihat indah, namun masih ada sedikit yang terlewati, yaitu kenyamanan bagi para tamu mancanegara.


Terlepas dari sedikit kekurangan itu, hati kami tetap terhibur melihat keindahan museum ini. Seandainya semua museum di tanah air bisa ditata seapik Museum Wayang.

Tidak ada komentar: